Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Hari Minggu, pergantian rezim di Iran bisa jadi merupakan hasil serangan militer Israel, dengan mengatakan mereka akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menghilangkan "ancaman eksistensial" yang ditimbulkan oleh Teheran.

Israel meluncurkan "Raising" dengan serangan mendadak pada Jumat dinihari yang menyasar fasilitas nuklir dan militer Iran, mengatakan kampanye tersebut akan terus meningkat dalam beberapa hari mendatang.

Sebagai tanggapan, Iran telah bersumpah untuk "membuka gerbang neraka" sebagai balasan terhadap serangan Iran.

Militer Israel mengatakan tujuan kampanye saat ini bukanlah pergantian rezim, tetapi penghancuran program rudal balistik dan nuklir Iran.

Ketika ditanya oleh Bret Baier dari Fox News dalam program "Laporan Khusus"nya apakah pergantian rezim merupakan bagian dari upaya militer Israel, Netanyahu mengatakan: "Bisa jadi itu merupakan hasil karena rezim Iran sangat lemah," dikutip dari Reuters 16 Juni.

"Kami siap melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai tujuan ganda kami, untuk menyingkirkan dua ancaman eksistensial, ancaman nuklir dan ancaman rudal balistik," kata PM Netanyahu dalam salah satu wawancara pertamanya sejak serangan Israel dimulai.

"Kami memang bertindak, untuk menyelamatkan diri sendiri, tetapi juga, menurut saya, untuk tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga melindungi dunia dari rezim pembakar ini. Kami tidak dapat membiarkan rezim paling berbahaya di dunia memiliki senjata paling berbahaya di dunia," jelas PM Netanyahu.

Israel mengatakan operasinya dapat berlangsung selama berminggu-minggu. PM Netanyahu secara terbuka mendesak rakyat Iran untuk bangkit melawan para pemimpin ulama Islam mereka.

Israel dan Iran melancarkan serangan baru satu sama lain pada Minggu malam, menewaskan banyak orang dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas, karena Presiden AS Donald Trump mengatakan hal itu dapat diakhiri dengan mudah.

Ketika ditanya tentang laporan Reuters, Presiden Trump memveto rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Netanyahu berkata: "Saya tidak akan membahasnya."

Namun, ia mengatakan telah memberi tahu Presiden Trump sebelum aksi militer Hari Jumat. Pilot Amerika menembak jatuh pesawat nirawak Iran yang menuju Israel, katanya.

Dengan meningkatnya kekhawatiran akan terjadinya konflik regional, Presiden Trump memuji serangan Israel sambil membantah tuduhan Iran Washington telah mengambil bagian di dalamnya.

Ia memperingatkan Teheran untuk tidak memperluas pembalasannya dengan memasukkan target AS atau menghadapi "kekuatan dan kekuatan penuh" angkatan bersenjata AS.

Presiden Trump sendiri telah berulang kali mengatakan Iran dapat mengakhiri perang dengan menyetujui pembatasan ketat pada program nuklirnya, yang menurut Iran bertujuan damai tetapi negara-negara Barat mengatakan dapat digunakan untuk membuat bom.

Diketahui, putaran terakhir negosiasi nuklir antara Iran dan Amerika Serikat, yang sedianya digelar pada Hari Minggu, dibatalkan setelah Teheran mengatakan tidak akan bernegosiasi saat diserang Israel.