Bagikan:

JAKARTA - Setiap orang pasti pernah mengalami stres, baik karena pekerjaan, masalah keuangan, persoalan keluarga, atau perubahan besar dalam hidup seperti pindah rumah. Saat merasa tertekan, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan kortisol, yakni zat kimia alami yang memacu detak jantung, mempertajam konsentrasi, dan membantu Anda menghadapi tantangan.

Sedikit stres sebenarnya bisa berguna karena dapat memotivasi Anda untuk fokus dan menyelesaikan tugas. Namun, stres yang berlangsung terus-menerus adalah cerita lain. Jika hormon stres Anda tetap tinggi dalam jangka panjang, hal itu bisa membebani jantung dan organ lainnya.

Dilansir dari laman WebMD, kortisol yang tinggi akibat stres kronis dapat meningkatkan kadar kolesterol total dalam darah, terutama kolesterol jahat (LDL).

Dalam jangka waktu lama, kelebihan kolesterol LDL dapat menumpuk di dinding arteri dan menyumbat aliran darah. Stres juga bisa memicu peradangan yang menurunkan kadar kolesterol baik (HDL), yang fungsinya membantu membersihkan LDL dari darah.

Rentang kadar kolesterol yang disarankan bagi orang dewasa sehat adalah:

- Kolesterol total: di bawah 200 mg/dL

- Kolesterol LDL: kurang dari 100 mg/dL, atau di bawah 70 mg/dL untuk penderita penyakit jantung atau diabetes

- Kolesterol HDL: 40 mg/dL atau lebih untuk pria, 50 mg/dL atau lebih untuk wanita

- Trigliserida: kurang dari 150 mg/dL

Penelitian menunjukkan bahwa stres yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan risiko kolesterol tinggi:

- Dalam studi besar terhadap lebih dari 91.500 orang dewasa dari berbagai profesi, stres kerja dikaitkan dengan kolesterol tinggi, termasuk peningkatan LDL dan penurunan HDL. Orang dengan stres kerja tinggi juga lebih cenderung menggunakan obat kolesterol.

- Studi terhadap petugas kepolisian di Iowa menunjukkan bahwa petugas wanita memiliki tingkat stres, kolesterol tinggi, dan diabetes yang lebih tinggi dibandingkan petugas pria dan wanita lain di negara bagian itu. Sebanyak 77% petugas wanita menyebut stres sebagai penyebab utama masalah kesehatan mereka.

- Studi lain terhadap 439 sopir bus, truk, dan taksi menemukan bahwa mereka yang mengalami stres kerja tinggi cenderung memiliki LDL dan trigliserida tinggi, HDL rendah, serta tekanan darah tinggi.

Sebagian hubungan antara stres dan kolesterol berasal dari kebiasaan buruk saat seseorang berusaha mengatasi stres. Saat menghadapi tekanan, Anda mungkin makan makanan tidak sehat, menambah berat badan, merokok, minum alkohol berlebihan, atau menjadi malas bergerak, semua itu meningkatkan risiko kolesterol tinggi.

Jika Anda sudah memiliki kolesterol tinggi, stres bisa memperburuk kondisinya. Dalam satu studi terhadap sekitar 200 pria dan wanita paruh baya yang memiliki kolesterol tinggi dan diamati selama 3 tahun, peserta dengan stres lebih tinggi memiliki kadar kolesterol lebih tinggi dibandingkan mereka yang stresnya lebih rendah.

Bahkan orang muda dan sehat bisa mengalami lonjakan kolesterol selama masa stres tinggi. Dalam studi terhadap 208 mahasiswa berusia di bawah 30 tahun, kadar hormon stres dan kolesterol (termasuk LDL dan kolesterol total) meningkat saat mereka menjalani ujian akhir.

Jangan tergoda untuk makan berlebihan, menyantap junk food, minum alkohol, atau merokok saat stres. Meskipun terasa melegakan dalam jangka pendek, kebiasaan ini berdampak buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang, termasuk meningkatkan kolesterol.Perubahan gaya hidup berikut dapat membantu mengelola stres dan kolesterol sekaligus:

- Hubungi teman, keluarga, atau rekan kerja yang bisa memberi semangat. Jadwalkan pertemuan langsung, telepon, atau obrolan daring.

- Jadi relawan. Membantu orang lain bisa meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres.

- Tulis jurnal atau blog untuk mengekspresikan pikiran. Menyalurkan emosi lewat tulisan bisa lebih baik daripada memendamnya.

- Dengarkan musik. Musik bertempo lambat bisa menenangkan pikiran, sedangkan musik cepat bisa memberi energi.

- Berolahraga secara teratur. Aktivitas fisik melepaskan endorfin, zat kimia alami yang mengurangi stres. Jika Anda bugar, tubuh lebih siap menghadapi tekanan.

- Coba latihan relaksasi seperti meditasi, yoga, atau mindfulness.

Kadang, stres bukan hanya sekadar tekanan harian biasa. Bisa jadi Anda mengalami gangguan kecemasan, yang ditandai dengan rasa takut atau panik hebat yang muncul tiba-tiba dan sering. Segera temui dokter jika Anda mengalami tanda-tanda berikut:

- Merasa tidak sanggup menghadapi stres atau kekhawatiran.

- Stres dan cemas mengganggu pekerjaan atau hubungan rumah tangga.

- Mengalami depresi, atau menggunakan alkohol/narkoba untuk menenangkan diri.

- Pernah berpikir untuk bunuh diri.

Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mendiagnosis apakah Anda mengalami gangguan kecemasan atau depresi, lalu merujuk Anda untuk pengobatan yang tepat jika diperlukan.